Day 1 - Kamis, 20 Februari 2014
Dari Hua Lamphong, kereta berangkat ke Aranyaprathet jam 05.55. Wait a minute, kerata berangkat on time loh.. Kabarnya kan kereta di Thailand ini selalu telat. Yah, Alhamdulillah. Kereta ke Aranyaprathet ini macam kereta ekonomi Indonesia. Oooohh, pantes hanya 48 Baht. Berasumsi bahwa cuaca akan sepanas Thailand, ternyata salah. Sepanjang perjalanan di kereta dingin banget. Efek angin dari kipas dan hembusan angin liar dari jendela kereta, walhasil kepala langsung cenut-cenut. Derita loe...hiks. Dan suhunya berasa sekitar 20 derajat Celsius, meskipun pas dicek dari Accuweather suhunya masih normal, 25 derajat. Ada pedagang makanan kecil, nasi dan minuman yang keliling tiap saat. Lumayan buat temen ngemil daripada kepala pusing. Mending ngunyah aja, siapa tau sebenernya perut lapar tapi malu. Heee... Sebenernya udah bawa bekal sarapan, sudah dimakan, tapi buat iseng-iseng biar ga bosen sama perjalanan. Sampai di Aranyaprathet sekitar 12.30, molor 1 jam dari yang tertera di tiket.
Stasiun Aranyaprathet
Dari Aranyaprathet, selanjutnya ke Poipet, kantor imigrasi Thailand dan Kamboja. Sempat ikut-ikutan orang naik Songtheauw, semacam truk pengungsian tapi pas denger ada orang ditarik bayarnya 60 Baht, kami langsung turun. Mahal amat.. Sempat mau gabung dengan rombongan lain (2 orang) buat barengan naik tuk-tuk biar lebih murah, tapi mereka udah keburu jalan. Ya sudahlah, akhinya naik tuk-tuk (80 baht), 20 Baht perorang. Sampai di Poipet, kita langsung ngacir ke Seven Eleven. Beli roti dsb buat ganjel perut. Saranku, beli makanan dari Sevel aja karena di Kamboja nanti tidak ada makanan halal yang dengan mudah bisa kita temui.
Songtheauw yang ga jadi kami naikin
Di Poipet, pertama masuk ke kantor imigrasi Thailand (departure). Mana kata orang-orang yang katanya kantor imigrasinya mirip warteg..?? Proses disana lumayan cepet, cuma mesti antri. Setelah itu masuk ke imigrasi Kamboja (arrival). Aha... ini to yang dimaksud kantor "warteg"? Oh..jadi kantor imigrasi yang mirip warteg itu kantor imigrasinya Kamboja. Kami tidak menemui orang yang menawarkan jasa calo di antrian imigrasi Kamboja. Tapi sebelum kesana sih ada beberapa orang yang berbaik-baik sama kita, cuma kita pasang tampang sok cool dan sok tahu aja, lempeng teruuuusss. Agak lama disini, tapi alhamdulillah selesai juga.
Kantor imigrasi Thailand
Kantor imigrasi Kamboja
Atmosfir Kamboja memang terasa sangat berbeda dengan Thailand. Sangat berdebu, kering, nothing's special. Minivan berhenti di suatu tempat yang sudah dikerubuti banyak calo. Minivan memang tidak berhenti di Central Siem Riep, tapi di tempat itu sudah banyak supir tuk-tuk yang mau antar gratis (katanya). Salah satu bule perempuan dari Kanada marah-marah dan mengumpat kenapa kok tidak berhenti saja langsung di Central. Dan salah satu orang berpakaian orange/ peach dengan logo tour guide Cambodia langsung marah dan membentak bule Kanada tadi dengan kata-kata yang lebih kasar. Ada salah satu om-om bule Italia yang menawarkan bahwa lebih baik kalau kita bersatu. Mereka cuma berdua, dan kami berempat. Oke, akhirnya kita nempel mereka. Sempat ada sedikit salah paham, karena orang Italia tidak tahu bahwa tuk-tuk akan memberikan jasa antar gratis ke penginapan. Kami juga lupa bahwa di terminal sempat dijelaskan bahwa nanti akan ada tuk-tuk gratis yang akan mengantar sampai penginapan. Kami berenam berjalan menjauhi mereka sambil masih mendengarkan teriakan mereka yang berteriak-teriak kenapa orang Indonesia tidak percaya mereka, bla bla bla. Langkah kami terhenti ketika mereka bilang bahwa tuk-tuk sebenarnya layanan gratis. Akhirnya balik lagi ke mereka dan menegaskan kembali apakah benar-benar gratis, mereka bilang iya. Mereka akan mengantarkan sampai penginapan yang kami inginkan. Kebetulan bule Italia punya budget sama dengan kita. No more than 15$ for the hotel. Itu sekamar berdua.
Percobaan pertama. Kami dibawa ke Bun Seda Angkor Villa dengan tarif 15$ tapi pihak penginapan minta minimal menginap 2 malam. Karena om-om Italia hanya menginap semalam dan keputusan sementara kami juga menginap semalam maka vila pertama gagal. Penginapan kedua penuh. Penginapan ketiga tarif 25$, gagal juga karena over budget. Akhinya setelah berdiskusi, keputusan kami berempat berubah jadi menginap untuk dua malam karena tidak mungkin kembali dari Kamboja pada hari kedua. Tapi vila pertama ternyata sudah penuh. Haha.. Mampus deh. Supir tuk-tuk udah capek dan BT. Vila keempat dan semoga menjadi pilihan terakhir, alhamdulillah masih ada kamar dengan tarif 15$ per malam. Nama vilanya Golden Papaya. Agak masuk ke dalam gang berdebu gitu. Ok deal.
Kamar di Golden Papaya
Setelah itu, agendanya adalah membahas rencana perjalananan besok dengan calo (tour guide). Tarif tiket masuk Angkor Wat 20$ untuk full day, dan 15$ untuk tuk-tuk yang mengantar keliling. Jadi per orang 35$. Berangkat pagi jam 05.30 supaya bisa melihat sunrise di Angkor Wat. Dia juga nawarin bagaimana nanti dari Siem Riep ke Bangkok apakah mau dicariin tiket sekalian. Mau naik kereta atau bus. Tapi semua pilihan yang ditawarkan memang "seolah" menguatkan keputusan untuk menginap dua malam adalah keputusan tepat. Karena berangkat sudah menggunakan kereta, penasaran gimana kalau pake bus untuk pulangnya. Tarif 15$ perorang, pihak bus akan menjemput di hotel jam 07.30, bus berangkat dari terminal jam 08.00. Bayar saat itu juga, karena malamnya dia mau anter tiket ke vila. Setelah saya pikir-pikir, pantesan tuk-tuknya gratis. Karena setelah itu mereka ada peluang menawarkan jasa antar ke kuil. Dan jasa cariin tiket balik. Yah, gapapa lah, namanya orang cari rejeki.
Day 2 - Jumat, 21 Februari 2014
Aku ga akan cerita tentang temple visit ya.. Banyak blog yang sudah membahas itu dan alasan sebenernya adalah.. karena pas keliling temple kita ga pake guide, gimana mau cerita..hehe.. Browsing di google aja deh. Yang jelas pertama kali kita dibawa ke Angkor Wat untuk melihat sunrise, eh disana malah sibuk nawar pashmina.. Lumayan, 200Baht dapet 3. Lagian juga kalau pake guide ga asyik karena: pertama mesti bayar lagi 5$ (budget pas-pasan), kedua guidenya mesti pake Bahasa Inggris karena kita satu grup sama om-om dari Itali (yang satunya juga bahasa inggrisnya ga lancar). Capek dengerinnya udah gitu belum tentu bisa diserap semua info historisnya. Menurut aku pribadi, kita menghabiskan waktu terlalu lama di Angkor Wat. Kayanya dari menjelang matahari terbit sampai jam 10 apa jam 11an gitu. Kebanyakan poto-poto disana juga. Habis tu ke Angkor Thomb, Bayon, terus Ta Prohm. Angkor Thomb tuh yang candinya ada muka 4 sisi kayanya lokasi syutingnya Tomb Raider sama Ta Prohm yang rameeee banget. Ta Prohm emang paling bagus sih menurutku, karena disana ada akar pohon yang kokoh mencengkeram batuan candi (keren banget deh). Sayang banget aku ga dapet best picture spot, karena kadang orang lain motoin kita ga kaya yang kita arepin. Nevermind, banyak kok foto-fotonya di google.. Hiks (menghibur diri). Nah..karena tadi waktu udah habis di candi pertama dan om-om mau balik gasik, jadi kayanya cuma 5 candi yang kita kunjungi. Sebenernya sayang ya.. Yah sudahlah.. Lain kali kalau balik lagi kesana pake guide ah.. Terus yang paling penting, membangun mood supaya tetap terjaga. Karena ketika laper, capek, mood bisa langsung drop. Apalagi kalau tidak terlalu minat dengan candi, sampai ke 2 atau 3 candi udah bosen deh. Oiya, untuk makanan disana ada restoran sih.. Cuma pas dibawa sopir tuk-tuk kesana kok kita menolak. Mungkin pada ketakutan harganya mahal. Habisnya, ga pasang tarif di luar restoran siiihh. Pilih makan di pinggir tapi supir tuk-tuknya terus ngancem kalau terjadi apa-apa sama kita, maksudnya kalo ga hygiene. Tapi sih sebenernya kayanya masalah tips dari restoran buat supir tuk-tuk ya.. Kasian juga sih kalo diinget-inget lagi..
One day ticket Angkor
Di temple pake ada acara salah satu om Itali yang ngilang terus kita muter-muter nyari dia. Terus kesalahpahaman sama supir tuk-tuk yang nyariin tuk-tuk kami ternyata ada di pintu keluar, bukan di pintu masuk. Capeknya karena itu... huhu..
Makan malam kami di restoran namnya "Taste of India" di night market, satu-satunya yang nyantumin logo halal.
Dua malam kami makan disana. Di Taste of India menerima pembayaran dalam US $, riel Kamboja, dan Baht. Terus belanja di old market (alasnya masih kerikil dan tanah). Eh, celana aladin disana lebih murah dari Bangkok coba. Asal jangan malu nawar yaaa... Terus beli magnet kulkas buat oleh-oleh, massage, dan istirahat buat balik lagi ke Bangkok besok paginya. Di pasar juga mau nerima Baht dan US $ selain riel. Menurutku sih ga perlu nukerin riel. Ntar juga dapet kembalian riel kalo harga barangnya ga genap 1 $. 1 US $ = 4000 riel.
Day 3 - Sabtu, 22 Februari 2014
Nah... Yang tidak banyak dibahas blog-blog lain adalah bagaimana perjalanan dari Siem Riep ke Bangkok. Pagi itu kami dijemput pihak agen bus dengan van. Setelah jemput 4 orang lagi, kami melanjutkan perjalanan ke Poipet. Dikasih stiker warna putih buat ditempelin di baju kami dan katanya nanti di perbatasan ada temennya yang siap menunggu kami. Sampai di perbatasan aku coba cari Sevel. Lapeeerrr.. Eh ga ketemu. Kayanya sevel berada di sisi lain yang entah dimana aku ga tau. Nunggu bus lumayan lama disana. Sampai akhirnya, dibawalah kami ke pangkalan van. Wait wait.... Katanya bus, mana busnya??? Kok malah banyakan van? Aku tanya deh ke orang agen, apakah kita ke Bangkok pake van, bukan bus? Ternyata iya. Ealaaahhhh.. Bilang dong di awal kalau pake van, bukan bus. Heh..ya udahlah. Pilih lokasi strategis takutnya kakiku sakit ga bisa dilurusin. Berangkat jam 8, sampai kosan sekitar jam 5an. Alhamdulillah.. Tadinya aku janji ga akan kembali lagi ke Kamboja, tapi kok aku masih penasaran sama temple-temple yang lain ya... Semoga ada rejeki cukup dan waktu luang jadi bisa puas-puasin ke temple (lagi). Tapi mau baca-baca sejarahnya dulu ah. Atau pake guide disana, tapi perlu belajar bahasa Inggris lagi ah.. Intinya belajar lagiiiii.. biar tambah pengetahuan.
Ini nih "bus" yang menuju ke Bangkok
Hey hey hey, by the way busway jangan-jangan bus yang dimaksud di terminal Poipet waktu kita mau menuju Siem Riep adalah van. Di loket sih harga tercantum 9 $. Waktu itu kita diminta 10$..:(
Saran: Pergilah dengan rombongan, atau setidaknya nempel rombongan lain supaya lebih aman dan ramah di kantong. Kecuali jika anda berkantong tebal, ga masalah dengan penawaran harga dari penduduk lokal. Sebenarnya, kalau mau mandiri total pengeluaran bisa lebih hemat.
No comments:
Post a Comment