Pages

Sunday, August 24, 2014

KAPAN HARUS 90-HARI LAPOR DIRI KETIKA VISA LEBIH BARU?

Udah duit buat bertahan hidup di Bangkok mepet, eeehh...malah kena denda di imigrasi 2,000 Baht (hampir 800 ribu)...:'(
Jadi ceritanya aku baru balik dari Jakarta ke Bangkok tanggal 13 Mei 2014. Dan kebetulan pada akhir Mei visa student ku habis, jadi aku perpanjang visa tanggal 26 Mei 2014. Pada saat itu udah dapet pengalaman buruk banget deh. Katanya pihak imigrasi bandara Don-Mueang melakukan kesalahan, jadi imigrasi Bangkok mesti membereskan kesalahan itu. Imbasnya, seharian full waktuku habis di kantor imigrasi (saat itu di Ladprao, sehubungan dengan situasi politik Bangkok masih labil). Itupun aku tanya terus ke petugasnya, sampai dimana prosesnya. Dan ternyata ada teman Indonesia lain yang punya pengalaman sama.

Terus, inti dari ceritaku sebenarnya adalah kejadian pada tanggal 22 Agustus 2014 pas aku mau lapor diri di Chaeng Wattana. Karena stempel visaku tanggal 26 Mei 2014, jadi aku pikir aku 90-hari lapor dirinya ya maksimal sekitar tanggal 25 Agustus 2014. Ga masalah dong kalau aku datang tanggal 22 Agustus 2014. Itu asumsiku. Tapi... petugasnya bilang aku telat lapor diri dan harus membayar denda dengan gaya bicaranya kaya' lagi ngomong sama orang goblog atau tersangka narkoba. Brrrr... Aku berargumen kalau aku baru bikin visa baru tanggal 26 Mei. Tapi dia bilang: It's different. Dan aku sibuk: But...but... udah pengen nangis tuh disitu. Mana dia ditanya apa jawabnya kemana. Dengan aksen Thai yang kental dia coba menjelaskan dalam bahasa Inggris (sambil ngotot) dan ga peduli aku tanya apa. Terus dia bilang: kamu harus bayar denda 2,000 Baht sambil nyodorin kembali pasporku. Aku sorongin lagi lah ke dia.. Sambil nyolot aku bilang: tunggulah aku mau ambil uang dulu! Gila aja apa kalau aku ga jadi lapor diri. Udah perjalanan jauh, naik bis nyasar pula... Nah habis ambil uang di ATM terus aku kasih 2,000 Baht ke dia dan aku diantar ke ruangan kubikal (bukan loket tempat staf tadi bekerja). Kali ini aku menghadapi petugas yang berbeda. Alhamdulillah bapak itu lebih ramah dari petugas loket itu tadi. Dan dia kembali menjelaskan, bahwa seharusnya aku lapor diri itu terhitung 90 hari dari aku menginjakkan kaki di Thailand, yaitu tanggal 11 Agustus 2014 (sambil menunjukkan tabel). Karena aku masuk Thailand tanggal 13 Mei 2014. Dapat toleransi 7 hari sampai tanggal 17 Agustus 2014, aku bisa bebas dari denda. Cuma karena aku baru datang tanggal 22 Agustus, jadi ya aku harus bayar denda. 
1. Disitu aku tanya, apakah denda itu berlaku sama ketika aku telat sehari, seminggu atau sebulan? Dia bilang iya. Bapak itu juga bilang, kalau ada yang masih kurang jelas dan ada pertanyaan, silakan. Ya udah aku bikin simulasi alias pengandaian. 
2. Gimana kalau aku pulang sebelum habis masa berlaku visa dan masuk lagi ke Thailand ketika visaku masih berlaku? (Maksudnya biar ga perlu bayar re-entry). Jawab: aku masuk sebagai turis dengan masa tinggal 30 hari. Kalau mau lebih, bisa diperpanjang katanya
3. Gimana kalau aku meninggalkan Thailand setelah habis masa berlaku visa studentku? Jawab: Kalau molor sehari masih bebas dari denda, tapi ketika hari kedua, maka aku harus membayar denda untuk hari pertama dan kedua, per hari 500 Baht, dan begitu seterusnya.

Agak lega nih ngobrol sama Bapak ini, meskipun masih belum rela bayar denda hiks. Dan Alhamdulillah masih bisa senyum sama beliau karena dari kesekian kali ngadepin orang imigrasi, beliau adalah orang teramah. Tetep aja habis itu lari ke toilet dan nangis..Huhuhuuuu...

Nyeselnya tuh karena sekitar tanggal belasan tiba-tiba aku ada niatan ke kantor imigrasi. Berhubung saat itu lagi hectic banget, jadi aku pikir apa-apaan ini, urusan imigrasi tiba-tiba ikutan muncul mengganggu pikiranku. Aku abaikan... Dan ternyata feeling aku saat itu benar. Harusnya aku kesana saat itu dan tidak perlu keluar uang dadakan 2,000 Baht..#nyesek

Jadi udah jelas kan jawaban dari judul diatas? Pengalaman ya buat semuanya.. Aku ga tau apakah hanya aku yang tidak tahu atau ada teman lain yang ga tahu juga tapi semoga pengalaman buruk ini tidak menimpa orang lain, khususnya yang membaca pengalaman ini. 

Thursday, August 14, 2014

Pameeerrrr.. kalo udah punya pacar

Emang perlu ya, supaya eksis, proses hidupmu perlu ditunjukin ke semua orang? Bebas sih untuk posting apa aja di sosmed, tapi ternyata ada tuh yang kemakan omongannya sendiri. Dulu, aku punya teman yang nasibnya sama denganku. Maksudnya, kita ngata-ngatain temen yang suka "pamer". Eh, giliran dia udah punya pacar, pamer juga dia di sosmed. Komen-komenan di fb.. Tiap habis kemana sama cowoknya, posting di fb. Hedeeeewwww.. Semoga aku terhindar dari hal-hal seperti ini. Aamiin. Demi menjaga hati, aku block aja dianya.. Huahahaha..

Friday, July 11, 2014

TUNGGU SAMPAI ALLAH MENUNJUKKAN KUASA-NYA WAHAI ISRAEL

Aku akui Israel memang memiliki kecanggihan teknologi dan kecerdasan berpikir. Tapi sayang, itu tidak dibarengi dengan akhlak mulia. Keserakahan, ketamakan, kelicikan, dan kebengisan yang pertama kali terlintas di otakku ketika mendengar Israel dan Yahudinya. Keinginan menguasai Palestine dengan membom, membombardir, membumihanguskan tanpa pandang bulu menjadi cara keji mereka untuk membuat warga Palestine hengkang dari tanah mereka. Di Palestine Allah menitipkan Masjidil Aqso, salah satu masjid yang dimuliakan selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Sebagai qiblat pertama dan sejarah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW adalah contoh kebesaran Masjidil Aqso.

Israel telah membuat terowongan di bawah Masjidil Aqso dan terus menerus menggali tanah di sana  supaya runtuh. Terus apakah nantinya mereka bisa meruntuhkannya dan kemudian menari-nari diatasnya? Tapi kok aku yakin kalau Allah tidak semudah itu mengijinkan Masjidil Aqso runtuh. Ingatkah kita ketika tsunami Aceh, semua bangunan hancur berkeping-keping, tapi ada beberapa masjid yang masih kokoh berdiri. Tidak hanya satu. Kuasa siapa kalau bukan karena kuasa Allah? Sebagai bangsa yang mendewakan teknologi, Israel mungkin berpikir akan gampang untuk merobohkan Masjidil Aqso. Israel lupa (atau mungkin tidak tahu, atau ingkar) darimana kepintaran mereka berasal. Dari kuasa Allah, yang disalah gunakan demi memenuhi ambisi mereka.

Salut aku sampaikan melihat perjuangan warga Palestine berusaha mempertahankan Masjidil Aqso. Padahal kalau dipikir-pikir, sebenarnya menjadi tanggung jawab semua umat Islam ya untuk menjaga dan mengagungkannya? Tapi mereka telah diberi kesempatan oleh Allah untuk berjihad semampu mereka. Dan mereka menerima itu. Menganggap itu adalah sebagai lahan ibadah mereka. Kesabaran dan keteguhan hati mereka untuk tetap beribadah dan berjuang mewakili umat Islam sangat aku hargai. Subhanallah… Terima kasih atas pengorbananmu kehilangan orang-orang yang engkau cintai. Atas ketenangan yang dirampas oleh desingan peluru dan bom. Atas masa indah yang terhapus kenangan menyakitkan. Atas keikhlasanmu berjuang dan atas semuanya yang tidak mampu aku sebutkan. Aku tidak sanggup menggantinya, tapi yakinlah Allah bersama kalian, dan Allah akan menempatkan kalian di tempat terindah nantinya. Maafkan aku kawan, yang tidak bisa membantumu angkat senjata. Maafkan aku yang tidak mampu mengirimkan tentara. Maafkan aku yang tidak punya banyak uang untuk membantumu. Aku hanya bisa membantu doa. Semoga Allah melindungi perjuangan kalian semua. Semoga Allah menguatkan kalian. Dan semoga Allah segera menunjukkan kuasa-Nya. Tunggu pembalasan dari Allah hai Israel!

Sunday, May 18, 2014

Quotes of the day: Gratitude turns what we have into enough - Melody Beattie

Image from the internet

Sudahkah kita bersyukur?
Don't forget to be grateful.

Ingatlah untuk selalu melihat ke bawah, bahwa orang lain menahan lapar sementara kita kekenyangan.
Many people hunger and suffer, while we overeating. Whoever we are, there are always people need more than us. Remember them (and do something for them) will always make you feel enough. While looking up will only make you envy and greedy, if you can't control yourself. I surely know that we can motivate ourself when we see others more success than us. But hold on, you have to be full of consciousness. Otherwise, you will feel that the grass is always greener on the other side, and then become envy and jealous.

Sungguh, aku menangis ketika tahu temanku hanya butuh uang maksimal Rp. 200.000/ minggu untuk makan, dan sekarang uangnya sudah menipis. Sementara aku, masih mikirin budget buat beli baju baru, buat jalan-jalan, makan enak, nonton, dan hiburan lain. Sungguh malu dan merasa tertampar.. Apalagi ketika dia bilang, memang benar aku lebih membutuhkan uang dari dia. Tapi kenyataannya bukan seperti itu. Rasanya aku yang perlu merenung dan mengubah pola hidupku. Kerendahan hatinya, sikap ikhlasnya, sabar dan tirakatnya, adalah contoh kongkrit bagaimana kita seharusnya hidup di dunia ini. Aku sangat setuju dengan quote "Ning ndonyo ki mung nunut ngombe". Maksudnya bahwa kita hidup di dunia hanya sekejap mata. Nha, bagaimana mengisi hidup yang cuma sementara ini yang sering salah. Dipuas-puasin ngapa-ngapain, padahal ya besok pas mati gak ditanya kamu udah jalan-jalan kemana, makan enak apa, nonton film apa. Astaghfirullah.. Eh, tapi prinsip tiap orang beda ya.. Mungkin ada yang berprinsip seperti itu yo monggo. Sebenarnya semua tergantung niat sih. Kalau kita jalan-jalan untuk mensyukuri ciptaan Allah, sah-sah aja (kan?).. Semoga bukan pembenaran.

Seketika itu juga, aku bersyukur (masih sambil menangis). Teman, aku jauh lebih beruntung darimu. Dan aku belajar banyak darimu. Semoga Allah mencukupkan rizki untukmu, dan menjadikan aku sebagai orang yang selalu bersyukur, mengingat Allah dengan cara apapun.

Monday, April 21, 2014

Thai Souvenirs

These are souvenirs I bought from Chatuchak weekend market before I leave Bangkok to my hometown, Indonesia. Some of them are fixed price, but some you have to bargain for cheaper price. 

1. Watch. @ 100 baht, fixed price.

2. Magnet, usually for fridge. @ 10 baht, fixed price. Actually this magnet is not real represent Thai, I mean it's not too originally Thai. But, it's cute right? And of course, it's cheap :D.. Other spices and food ingredients (magnet) available on this shop.

3. Magnet. I bought it from different shop with no 2 magnet. They give the price label, and I think they have fair price. 230 baht for 10 pcs, and I can't get any discount. Other shop charge 100 baht for 3 pcs. Buy more, you'll get cheaper...:)


4. Brooches. I bought this brooches on the same place with magnet no 3. 200 baht for 3 pcs. That's the maximum discount. They sell @ 70 baht.


 5. Tiger balm?? Yes, it is. We can find it in Indonesia, but my friend said that the quality is different. Tiger balm in Indonesia is sticky. I got it @90 baht for 6 pcs. They offered 99 baht, but I bargained it..

6. Small bag, @ 50 baht. They offered @70 baht, but I bought 3 pcs and they allowed me to buy 50 baht each. Maybe I can get cheaper, around 40 baht if I bought 5 or more... Just try..

7. Table cloth, @ 100 baht. Fixed price. But for Thai silk I got it 350 baht from 450 baht. Other shops offered Thai silk more than 800 baht. I tried to bargained 400 baht, they disagree. But finally, I can get cheaper price in the small shop.

8. T-shirt, @ 100 baht for L size and 150 baht for XL. If you interested in white T-shirt, lucky you.. You can get cheaper price, 80 baht each. I can't bargained in this shop. I tired already, so I didn't give my best shot in other shops. But I asked the seller why she gave different price for black and white. The reason is, black material can only used to made 5 pcs t-shirt/ kg, while white is able to produce 7 pcs/ kg.

9. Aladin/ harem trouser with elephant shades. @ 150 baht from 200 baht.


Sunday, February 23, 2014

Bangkok - Siem Riep (Cambodia)

Sudah dari dulu ada keinginan untuk menjelajah ke negara tetangga Thailand. Istilahnya mumpung ada kesempatan tinggal di Thailand. Dan setelah hampir setahun tinggal di Thailand, baru sempet ke negara tetangga ya Kamboja, salah satu anggota ASEAN yang paling terakhir joined pada tahun 1998. Banyak denger tentang Angkor Wat, dan beberapa komplek candi disana yang pernah menjadi setting film Tomb Raider, bikin penasaran juga kaya' apa sih. Berbekal informasi dari teman yang sudah pernah pergi kesana dan searching blog, kami (saya dan 3 orang teman Indonesia) memutuskan berangkat ke Kamboja menggunakan kereta. Kabarnya harga tiket kereta cuma 48 Baht (Rp. 18.000). Dan ternyata benar, 48 Baht. Murah ya...:) Tapi lucunya, kebanyakan blogger tidak bercerita perjalanan balik dari Kamboja. Ada apa ini? Apakah mereka telanjur jatuh cinta dengan Kamboja dan memutuskan tinggal disana atau ada pengalaman pahit yang tersembunyi? Kebanyakan juga bercerita tentang ... mm.. pengalaman yang agak kurang mengenakkan disana. Sempat terpikir untuk mengubah tujuan, tapi pantang menjilat ludah sendiri. Okeh... akhirnya... besoknya kita berangkat ke Kamboja dengan kereta dari Hua Lamphong dan melanjutkan perjalanan ke Siem Riep based on informasi dari blog-blog. Baliknya??? Kita tanya-tanya rombongan lain aja lah, sambil kenalan sama orang baru.

Day 1 - Kamis, 20 Februari 2014

Dari Hua Lamphong, kereta berangkat ke Aranyaprathet jam 05.55. Wait a minute, kerata berangkat on time loh.. Kabarnya kan kereta di Thailand ini selalu telat. Yah, Alhamdulillah. Kereta ke Aranyaprathet ini macam kereta ekonomi Indonesia. Oooohh, pantes hanya 48 Baht. Berasumsi bahwa cuaca akan sepanas Thailand, ternyata salah. Sepanjang perjalanan di kereta dingin banget. Efek angin dari kipas dan hembusan angin liar dari jendela kereta, walhasil kepala langsung cenut-cenut. Derita loe...hiks. Dan suhunya berasa sekitar 20 derajat Celsius, meskipun pas dicek dari Accuweather suhunya masih normal, 25 derajat. Ada pedagang makanan kecil, nasi dan minuman yang keliling tiap saat. Lumayan buat temen ngemil daripada kepala pusing. Mending ngunyah aja, siapa tau sebenernya perut lapar tapi malu. Heee... Sebenernya udah bawa bekal sarapan, sudah dimakan, tapi buat iseng-iseng biar ga bosen sama perjalanan. Sampai di Aranyaprathet sekitar 12.30, molor 1 jam dari yang tertera di tiket.

Stasiun Aranyaprathet

Dari Aranyaprathet, selanjutnya ke Poipet, kantor imigrasi Thailand dan Kamboja. Sempat ikut-ikutan orang naik Songtheauw, semacam truk pengungsian tapi pas denger ada orang ditarik bayarnya 60 Baht, kami langsung turun. Mahal amat.. Sempat mau gabung dengan rombongan lain (2 orang) buat barengan naik tuk-tuk biar lebih murah, tapi mereka udah keburu jalan. Ya sudahlah, akhinya naik tuk-tuk (80 baht), 20 Baht perorang. Sampai di Poipet, kita langsung ngacir ke Seven Eleven. Beli roti dsb buat ganjel perut. Saranku, beli makanan dari Sevel aja karena di Kamboja nanti tidak ada makanan halal yang dengan mudah bisa kita temui.

Songtheauw yang ga jadi kami naikin

Di Poipet, pertama masuk ke kantor imigrasi Thailand (departure). Mana kata orang-orang yang katanya kantor imigrasinya mirip warteg..?? Proses disana lumayan cepet, cuma mesti antri. Setelah itu masuk ke imigrasi Kamboja (arrival). Aha... ini to yang dimaksud kantor "warteg"? Oh..jadi kantor imigrasi yang mirip warteg itu kantor imigrasinya Kamboja. Kami tidak menemui orang yang menawarkan jasa calo di antrian imigrasi Kamboja. Tapi sebelum kesana sih ada beberapa orang yang berbaik-baik sama kita, cuma kita pasang tampang sok cool dan sok tahu aja, lempeng teruuuusss. Agak lama disini, tapi alhamdulillah selesai juga.

Kantor imigrasi Thailand

Kantor imigrasi Kamboja

Dari kantor imigrasi Kamboja di Poipet, ada bis gratis menuju ke terminal yang akan mengantarkan turis sampai ke Siem Riep. Di bus hanya ada sekitar 10 orang, kami berempat dan sisanya bule. Ada satu orang calo yang ngawal kami di bus. Khawatir jangan-jangan habis ini dia minta tips nih. Sampai terminal kami langsung dikerubuti calo-calo yang nawarin apakah mau naik taxi atau bus untuk menuju Siem Riep. Menyapu pandangan sekeliling sambil deg-degan, pura-pura makan dulu dan pikir-pikir, enaknya naik apa. Di loket tertera tarif untuk bus ( 9$ dan taxi 12$ apa 13$ -lupa). Dan itu itungannya perorang. Sebenarnya kami tidak melihat bus disana. Bus yang ada hanya bus yang nganterin kita dari Poipet sampai terminal. Ada calo yang nawarin minivan 10$. Ya sudahlah, naik minivan aja. 2 orang sudah berada dalam minivan. 3  orang menuju kesana, disusul kami 4 orang, dan datang sepasang bule melengkapi quota van. 11 orang totally berada dalam van menuju Siem Riep. Kata calonya, nanti disana ada tuk-tuk gratis yang akan mengantar kami sampai Central Siem Riep.

Atmosfir Kamboja memang terasa sangat berbeda dengan Thailand. Sangat berdebu, kering, nothing's special. Minivan berhenti di suatu tempat yang sudah dikerubuti banyak calo. Minivan memang tidak berhenti di Central Siem Riep, tapi di tempat itu sudah banyak supir tuk-tuk yang mau antar gratis (katanya). Salah satu bule perempuan dari Kanada marah-marah dan mengumpat kenapa kok tidak berhenti saja langsung di Central. Dan salah satu orang berpakaian orange/ peach dengan logo tour guide Cambodia langsung marah dan membentak bule Kanada tadi dengan kata-kata yang lebih kasar. Ada salah satu om-om bule Italia yang menawarkan bahwa lebih baik kalau kita bersatu. Mereka cuma berdua, dan kami berempat. Oke, akhirnya kita nempel mereka. Sempat ada sedikit salah paham, karena orang Italia tidak tahu bahwa tuk-tuk akan memberikan jasa antar gratis ke penginapan. Kami juga lupa bahwa di terminal sempat dijelaskan bahwa nanti akan ada tuk-tuk gratis yang akan mengantar sampai penginapan. Kami berenam berjalan menjauhi mereka sambil masih mendengarkan teriakan mereka yang berteriak-teriak kenapa orang Indonesia tidak percaya mereka, bla bla bla. Langkah kami terhenti ketika mereka bilang bahwa tuk-tuk sebenarnya layanan gratis. Akhirnya balik lagi ke mereka dan menegaskan kembali apakah benar-benar gratis, mereka bilang iya. Mereka akan mengantarkan sampai penginapan yang kami inginkan. Kebetulan bule Italia punya budget sama dengan kita. No more than 15$ for the hotel. Itu sekamar berdua.

Percobaan pertama. Kami dibawa ke Bun Seda Angkor Villa dengan tarif 15$ tapi pihak penginapan minta minimal menginap 2 malam. Karena om-om Italia hanya menginap semalam dan keputusan sementara kami juga menginap semalam maka vila pertama gagal. Penginapan kedua penuh. Penginapan ketiga tarif 25$, gagal juga karena over budget. Akhinya setelah berdiskusi, keputusan kami berempat berubah jadi menginap untuk dua malam karena tidak mungkin kembali dari Kamboja pada hari kedua. Tapi vila pertama ternyata sudah penuh. Haha.. Mampus deh. Supir tuk-tuk udah capek dan BT. Vila keempat dan semoga menjadi pilihan terakhir, alhamdulillah masih ada kamar dengan tarif 15$ per malam. Nama vilanya Golden Papaya. Agak masuk ke dalam gang berdebu gitu. Ok deal.

Kamar di Golden Papaya

Setelah itu, agendanya adalah membahas rencana perjalananan besok dengan calo (tour guide). Tarif tiket masuk Angkor Wat 20$ untuk full day, dan 15$ untuk tuk-tuk yang mengantar keliling. Jadi per orang 35$. Berangkat pagi jam 05.30 supaya bisa melihat sunrise di Angkor Wat. Dia juga nawarin bagaimana nanti dari Siem Riep ke Bangkok apakah mau dicariin tiket sekalian. Mau naik kereta atau bus. Tapi semua pilihan yang ditawarkan memang "seolah" menguatkan keputusan untuk menginap dua malam adalah keputusan tepat. Karena berangkat sudah menggunakan kereta, penasaran gimana kalau pake bus untuk pulangnya. Tarif 15$ perorang, pihak bus akan menjemput di hotel jam 07.30, bus berangkat dari terminal jam 08.00. Bayar saat itu juga, karena malamnya dia mau anter tiket ke vila. Setelah saya pikir-pikir, pantesan tuk-tuknya gratis. Karena setelah itu mereka ada peluang menawarkan jasa antar ke kuil. Dan jasa cariin tiket balik. Yah, gapapa lah, namanya orang cari rejeki.

Day 2 - Jumat, 21 Februari 2014

Aku ga akan cerita tentang temple visit ya.. Banyak blog yang sudah membahas itu dan alasan sebenernya adalah.. karena pas keliling temple kita ga pake guide, gimana mau cerita..hehe.. Browsing di google aja deh. Yang jelas pertama kali kita dibawa ke Angkor Wat untuk melihat sunrise, eh disana malah sibuk nawar pashmina.. Lumayan, 200Baht dapet 3. Lagian juga kalau pake guide ga asyik karena: pertama mesti bayar lagi 5$ (budget pas-pasan), kedua guidenya mesti pake Bahasa Inggris karena kita satu grup sama om-om dari Itali (yang satunya juga bahasa inggrisnya ga lancar). Capek dengerinnya udah gitu belum tentu bisa diserap semua info historisnya. Menurut aku pribadi, kita menghabiskan waktu terlalu lama di Angkor Wat. Kayanya dari menjelang matahari terbit sampai jam 10 apa jam 11an gitu. Kebanyakan poto-poto disana juga. Habis tu ke Angkor Thomb, Bayon, terus Ta Prohm. Angkor Thomb tuh yang candinya ada muka 4 sisi kayanya lokasi syutingnya Tomb Raider sama Ta Prohm yang rameeee banget. Ta Prohm emang paling bagus sih menurutku, karena disana ada akar pohon yang kokoh mencengkeram batuan candi (keren banget deh). Sayang banget aku ga dapet best picture spot, karena kadang orang lain motoin kita ga kaya yang kita arepin. Nevermind, banyak kok foto-fotonya di google.. Hiks (menghibur diri). Nah..karena tadi waktu udah habis di candi pertama dan om-om mau balik gasik, jadi kayanya cuma 5 candi yang kita kunjungi. Sebenernya sayang ya.. Yah sudahlah.. Lain kali kalau balik lagi kesana pake guide ah.. Terus yang paling penting, membangun mood supaya tetap terjaga. Karena ketika laper, capek, mood bisa langsung drop. Apalagi kalau tidak terlalu minat dengan candi, sampai ke 2 atau 3 candi udah bosen deh. Oiya, untuk makanan disana ada restoran sih.. Cuma pas dibawa sopir tuk-tuk kesana kok kita menolak. Mungkin pada ketakutan harganya mahal. Habisnya, ga pasang tarif di luar restoran siiihh. Pilih makan di pinggir tapi supir tuk-tuknya terus ngancem kalau terjadi apa-apa sama kita, maksudnya kalo ga hygiene. Tapi sih sebenernya kayanya masalah tips dari restoran buat supir tuk-tuk ya.. Kasian juga sih kalo diinget-inget lagi..

One day ticket Angkor


Di temple pake ada acara salah satu om Itali yang ngilang terus kita muter-muter nyari dia. Terus kesalahpahaman sama supir tuk-tuk yang nyariin tuk-tuk kami ternyata ada di pintu keluar, bukan di pintu masuk. Capeknya karena itu... huhu..

Makan malam kami di restoran namnya "Taste of India" di night market, satu-satunya yang nyantumin logo halal.


Dua malam kami makan disana. Di Taste of India menerima pembayaran dalam US $, riel Kamboja, dan Baht. Terus belanja di old market (alasnya masih kerikil dan tanah). Eh, celana aladin disana lebih murah dari Bangkok coba. Asal jangan malu nawar yaaa... Terus beli magnet kulkas buat oleh-oleh, massage, dan istirahat buat balik lagi ke Bangkok besok paginya. Di pasar juga mau nerima Baht dan US $ selain riel. Menurutku sih ga perlu nukerin riel. Ntar juga dapet kembalian riel kalo harga barangnya ga genap 1 $. 1 US $ = 4000 riel.

Day 3 - Sabtu, 22 Februari 2014

Nah... Yang tidak banyak dibahas blog-blog lain adalah bagaimana perjalanan dari Siem Riep ke Bangkok. Pagi itu kami dijemput pihak agen bus dengan van. Setelah jemput 4 orang lagi, kami melanjutkan perjalanan ke Poipet. Dikasih stiker warna putih buat ditempelin di baju kami dan katanya nanti di perbatasan ada temennya yang siap menunggu kami. Sampai di perbatasan aku coba cari Sevel. Lapeeerrr.. Eh ga ketemu. Kayanya sevel berada di sisi lain yang entah dimana aku ga tau. Nunggu bus lumayan lama disana. Sampai akhirnya, dibawalah kami ke pangkalan van. Wait wait.... Katanya bus, mana busnya??? Kok malah banyakan van? Aku tanya deh ke orang agen, apakah kita ke Bangkok pake van, bukan bus? Ternyata iya. Ealaaahhhh.. Bilang dong di awal kalau pake van, bukan bus. Heh..ya udahlah. Pilih lokasi strategis takutnya kakiku sakit ga bisa dilurusin. Berangkat jam 8, sampai kosan sekitar jam 5an. Alhamdulillah.. Tadinya aku janji ga akan kembali lagi ke Kamboja, tapi kok aku masih penasaran sama temple-temple yang lain ya... Semoga ada rejeki cukup dan waktu luang jadi bisa puas-puasin ke temple (lagi). Tapi mau baca-baca sejarahnya dulu ah. Atau pake guide disana, tapi perlu belajar bahasa Inggris lagi ah.. Intinya belajar lagiiiii.. biar tambah pengetahuan.

Ini nih "bus" yang menuju ke Bangkok

Hey hey hey, by the way busway jangan-jangan bus yang dimaksud di terminal Poipet waktu kita mau menuju Siem Riep adalah  van. Di loket sih harga tercantum 9 $. Waktu itu kita diminta 10$..:(

Saran: Pergilah dengan rombongan, atau setidaknya nempel rombongan lain supaya lebih aman dan ramah di kantong. Kecuali jika anda berkantong tebal, ga masalah dengan penawaran harga dari penduduk lokal. Sebenarnya, kalau mau mandiri total pengeluaran bisa lebih hemat.