Pages

Saturday, October 24, 2015

DUNIA MAYA ALIAS DUNIA FIKTIF

Eeh ternyata yang namanya aktivitas dunia maya tidak hanya melulu tentang facebook, twitter, instagram, path, whatsapp, line, BBM, and whatever, tapi sekarang orang jualan juga lewat dunia maya. Naik ojek, taksi, atau bajaj aja juga bisa pesan lewat dunia maya. Ibaratnya duduk diam saja lah, asal ada akses internet, semua akan datang sendiri. Enak banget ya hidup ini.. Tapi bagaimana dengan kehidupan social kita yang dulu? Teman yang nyata, main lompat  tali, bertegur sapa face to face, tawar menawar di pasar, dll.

Those made me think, apa aja sisi positif dan negatif dari kemajuan teknologi komunikasi? Dan apa yang bisa kita lakukan untuk membuat diri kita nyaman dengan hal-hal tersebut?

Sekedar saran, atur deh waktu untuk gunakan social media. Selain itu, pilih salah satu sosmed yang punya kemiripan: misal antara FB, twitter, instagram, path, kan ada kemiripan. Meskipun masing-masing menonjolkan keunggulannya, tapi coba deh pilih aja, yang mana yang paling kita butuhkan. Yang mana yang paling sesuai dengan kepribadian. Meskipun hal ini kan sangat sulit buat orang yang suka pamer. Ups, sorry.. terlalu sinis.

Pilih juga salah satu alat komunikasi berikut: whatsapp, line atau BBM. Lama-lama mirip tuh semuanya. Dulu kan hanya line yang bisa buat telpon, bahkan video call. Eh terus WA dan BBM juga bisa. Dulu line yang mulai tampilan profil picture (PP) nya  bullet. Eh terus WA juga dibikin bullet-bulet, BBM juga. Sama-sama mereka bisa kirim foto dan video. Emoticon juga mirip-mirip.

Orang Indonesia sudah terkenal di mancanegara sebagai orang yang suka belanja. Pasar online pun menjadi salah satu pemuas keinginan belanja. Setelah pasar tradisonal tergeser dengan pasar modern, warung tergeser dengan minimarket, nah sekarang semuanya tergeser dengan belanja online. Apa aja bisa dibeli dari aplikasi belanja online tersebut. Tak perlu sewa tempat, hanya modal kepercayaan, barang datang. Setelah muncul satu penggagas ojek online, muncul kompetitor dari variasi tipe transportasi. Tidak hanya memindahkan orang, tapi juga memindahkan barang.

Untuk dua hal di atas, yaitu pasar dan transportasi online sepertinya perlu ada kebijakan dari pemerintah yang bisa melindungi semua pihak. Karena ternyata kreativitas- kreativitas tersebut mengancam pasar tradisional, transportasi konvensional, perusahaan penyalur barang, dan pihak-pihak lain.

Nah sekarang aku mau cerita pengalamanku dengan media komunikasi maya. Aku punya akun di FB, dan ini pengkategorian tipe-tipe pengguna FB yang aktif menurut aku pribadi:
  1. Bangga-banggaan kalo likenya banyak dan komennya banyak. Bahkan aku perhatiin ada yang bikin tanggapan komennya dibikin satu-satu biar keliatan semakin banyak yang komen. Atau tiap kalimat dipisahin biar semakin banyak. Hahaha..
  2. Yang suka posting foto selfie yang sok dimanis-manisin dan sudah full-edited. Mulut yang dimonyong-monyongin kanan, kiri, depan, dilipet, mata yang digenit-genitin, dan akhirnya senyum kepalsuan yang muncul. Terus foto di belakang setir mobil. Atau di samping mobilnya, biar ketauan mobilnya apa. Langsung deh berhenti ikuti.. Ga enak kalo langsung unfriend. Hehe..
  3. Posting habis pergi kemana, habis makan apa, dan pamer-pamer lain. Berhenti ikuti juga.
  4. Suka marah-marah dan ngomel, berhenti ikuti juga. Sori, aku ga butuh energi negatifmu tersalur ke aku
  5. Yang ngaku-ngaku ustazah dan motivator juga ada, tapi postingannya isinya pamer.  Atau jarkoni, iso ujar ra iso nglakoni alias omdo, omong doang. Nah yang ini masih lucu juga kalo dibaca-baca, bikin geli. Jadi teman model begini masih aku pertahanin.. buat introspeksi aku
Nah lama-lama temenku habis dong? Ya biarin, toh mereka hanya teman di dunia maya. Bukan teman di dunia nyata. Dan satu garis merah yang bisa ditarik dari mereka hanya satu: suka pamer. Teman yang sebenarnya adalah teman yang bahagia ketika kita bahagia, dan dengan ringan tangan langsung sigap membantu tanpa diminta. Teman model begini sudah langka. Yang tadinya kita piker dia temen sebenarnya, eh ternyata bukan. Ada loh model temen yang ga rela  kalo kita move on. Kapan-kapan deh, tema tentang teman jadi tema sendiri.

Oh, balik lagi ke FB. Satu yang paling aku nikmati dari FB adalah ketika ada yang share video lucu dan kata-kata lucu, video-video yang bermanfaat misal cara melipat baju dalam waktu 5 detik, informasi modus penipuan, dan video lain. Yang beginian bantu tambah energi positif dan bikin hariku penuh senyum. Makasih ya..

Sosmed lainnya, twitter. Aku punya juga akun twitter. Eh, di-hack jadi munculnya gambar-gambar porno. Bikin akun baru, buat ikutan kuis aja. Ga pernah dapet. Emang takdir kali ya aku susah dapet rejeki dari kuis. Selain itu twitterku buat curhat pribadi. Hanya following stasiun tivi dan motogp, no follower. Yang mau follow sengaja ga aku approve. Nah si twitter ini kan mirip-mirip juga sama FB. Bisa posting foto dan video juga. Terus pertanyaanku kenapa sih modelnya ada following dan follower? Macam MLM aja, ada upline dan downline.. Fyuh. Terus kalo followernya banyak, bangga gitu. Sekarang twitter sudah mulai aku tinggalkan. Ga seru.

Instagram, sebelum sepopuler ini, udah pernah bikin akun juga. Pasang foto ponakan, biar kalo kangen liat fotonya di instagram. Kupikir-pikir, kenapa ribet. Simpen aja foto mereka di HP, kalo kangen tinggal liat, no need internet access. Setelah itu instagram jadi populer. Nah isinya semacam parade foto, mayoritas pamer habis makan dimana, habis shopping apa, dan pamer muka polesan. Jadi ga penting punya instagram

Path, tau tuh apa. Ga tertarik. Dasar orang Indonesia, kalo dikasih tau ada barang baru, ada yang nyoba terus dipamerin, yang lain pada kepingin. Pada bikin path juga. Entah gimana orang-orang bisa memenej waktu mereka untuk maintain akun-akun sosmed mereka.

So, be wise with your virtual account guys. Problems are real, face it. Life is real, enjoy your real life. 

Friday, September 4, 2015

Quote of the day: kemuliaan sejati adalah di mata Allah

Manusia adalah makhluk mulia yang diciptakan Allah paling sempurna dibanding makhluk lain. Kata Bapak, nilai kemuliaan seseorang itu bukan dari pandangan manusia. Bukan dilihat dari banyaknya teman yang dimiliki, karena teman belum tentu membawa kebaikan. Apalagi kondisi sekarang, makin banyak teman yang bermuka dua dan tidak tulus.
Bukan pula dilihat dari umurnya. Orang yang tua karena umurnya bukan berarti dia pantas dihormati, karena banyak dari mereka yang sikapnya justru merendahkan diri mereka sendiri.
Harta juga bukan indikator kemuliaan manusia. Banyak yang menggunakan harta mereka untuk menikmati kenikmatan sesaat dunia, bukan untuk menciptakan jalan ke surga.
Cantiknya paras dan sempurnanya bentuk tubuh bukan pula menjadikan seorang manusia menjadi mulia. Bisa jadi mereka dipuja-puja karena sempurnanya fisik, tapi apa gunanya kalau akhlaknya cacat.
Ingat cerita pahlawan dulu yang rela mengorbankan harta, keluarga, dan nyawanya untuk memperjuangkan kemerdekaan. Bukan seperti tingkah pejabat-pejabat sekarang yang sibuk memperkaya diri.
Buat aku, tak harus populer, tua, kaya, cantik untuk menjadi makhluk mulia.
Siap-siap dicap orang aneh dan dimusuhi orang karena berbuat baik sebab kenyamanan orang lain yang berbuat tidak baik menjadi terganggu.
Tanyakan pada diriku sendiri, kebaikan dan kebenaran apa yang sudah aku lakukan dan tegakkan untuk menjadikan aku mulia di mata Allah. 
Nilai kemuliaan manusia itu ketika dia bisa berbuat banyak kebaikan dan bermanfaat untuk orang lain. Mungkin ada nilai kebaikan lain yang bisa menuntun pada kemuliaan dan ridho Allah, tapi setidaknya mulailah dari yang kita bisa.

Tuesday, May 26, 2015

Siapa aku?

Entahlah mengapa aku ingin menutup rapat-rapat masa laluku. Masa-masa aku sekolah dan kuliah khususnya. Apakah aku mengalami pengalaman pahit ketika itu? Tidak menurutku. Justru aku adalah seseorang yang dikenal, punya banyak teman, aktif dalam organisasi dan selalu berprestasi dalam akademik. Dua tahun terakhir, aku dengan happy melewatkan 2 x lebaran di negeri orang. Dan ketika aku pulang untuk menemui Bapak Ibuku, aku lebih memilih untuk berada di dalam rumah seharian. Hanya keluar rumah jika memang benar-benar ada perlu. Urus SIM, dan KTP misalnya. Ketemu teman, lebih baik pura-pura tidak kenal. Diundang nikahan, memilih untuk tidak hadir. Diundang reunian, tentu saja tidak datang.

Lalu, siapa aku sekarang sehingga aku menjadi introvert? Aku adalah orang biasa, memilih untuk menjadi biasa. Staf di instansi pemerintah non-kementrian. Apakah itu yang membuatku mengurung diri? Status sebagai staf tidak membuatku berkecil hati. Ada banyak pengalaman yang sudah aku peroleh selama aku menjadi staf disini. Alhamdulillah sudah keliling Indonesia, sudah lulus S2 dari Thailand, pertukaran pelajar di Jepang, dan blah blah blah. Yang membuatku tidak nyaman bertemu dengan kawan lama adalah paranoid dengan pertanyaan klise: anakmu berapa, sudah sebesar apa mereka? Dan pencapaian-pencapaian materi lain yang secara tidak langsung ingin ditunjukkan oleh mereka dengan menunjukkan dimana rumahnya, kendaraan apa yang sedang dibawa saat itu, dan gaya dandan mereka. Tidak hanya itu. Motif mereka ingin bercakap-cakap lama dengan kawan lama biasanya ingin mempromosikan bisnis yang sedang mereka jalankan.

Saat ini, yang paling membuatku nyaman adalah berada di tempat baru dengan orang-orang yang tidak aku kenal. Mereka tidak perlu menanyakan padaku apa kabarku dan basa-basi lain. Dan yang paling menakutkan aku adalah lebaran! Momen dimana aku bertemu orang-orang yang sudah aku kenal dan mau tidak mau berhadapan dengan pertanyaan klise.

Wednesday, January 14, 2015

Brownies tanpa mixer

Setelah sekian lama ga masak-masak pake happycall, jadi kumat isengnya.. Dulu kadang iseng bikin pizza topping cabe ijo-karena paprika mahal, kastengel, sama ikan bakar (waktu itu belum punya blog). Pengen bikin kue, cake atau kue kering pake happycall tanpa mixer. Tadinya sih pengen bikin cake pisang, tapi kata temen kalo pisangnya terlalu mateng malah bisa benyek kuenya. Googling dengan keyword "kue tanpa mixer happycall" eh ketemulah https://coretanyanti.wordpress.com/2013/10/10/bikin-brownies-tanpa-mixer-dan-oven/
Sebenernya aku sih biasa aja sama brownies (ga terlalu cinta maksudnya), tapi karena di resep Mb Yantist ini ga pake mixer dan bahan-bahannya relatif mudah, jadi pengen nyobain. Bela-belain pulang kerja mampir ke TipTop Rawamangun meskipun cuacanya lagi mendung-mendung galau. Udah gitu nyari soda kue kata SPG-nya ga ada... Yaaaahhh.. lemes deh. Tapi karena udah bertekad pokonya ini hari aku harus bikin brownies, jadi aku cari sendiri. Alhamdulillah ketemu pengembang kue merk koepoe. Aku sendiri ga tau itu sama apa ga ya dengan soda kue.. Hihihi.. Yang penting bisa buat ngembangin adonan deh.. Hehehe..
Karena khawatir gagal dan mubazir (karena ini pengalaman pertama kali nyobain bikin brownies pake happycall) akhirnya aku bikin setengah adonan aja..

Ini nih bahan-bahannya:
- 250 gr terigu
- 50 gr coklat bubuk 
- 200 gr gula halus
- 200 cc minyak goreng (segelas blimbing)
- 200 ml air kopi
- 2 butir telur kocok lepas
- 1 sdt garam
- 1 sdt soda kue
- mocha flavour (ini aku tambahin sendiri biar lebih mantep)

Berhubung aku ga punya timbangan, jadi aku pake gelas ukur (yang ada tulisannya buat liquid, sugar, flour gitu). Pertama, semua bahan kering diayak. Campur telur dengan minyak. Tuangkan ke dalam adonan kering dan tambahkan air kopi+perasa moka. Aduk aja terus tuang deh ke happycall yang udah dipanasin. Setelah 10 menit brownies udah matang. Karena  aku bikin cuma setengah adonan, jadinya pas dituang ke happycal jadinya berbentuk lingkaran dengan diameter +/- 20 cm. Hihihi..

Ini nih penampakannya setelah aku potong pinggirannya.
Kata tetanggaku, ini bukan brownies, tapi kue coklat.. Saran kakakku sih coklat bubuknya diganti coklat blok yang dilelehkan.. Hmmm.. bisa dicoba lain kali.. Kalau menurutku ya enak aja.. Hahaha..