Eeh ternyata yang namanya aktivitas dunia maya tidak hanya
melulu tentang facebook, twitter, instagram, path, whatsapp, line, BBM, and
whatever, tapi sekarang orang jualan juga lewat dunia maya. Naik ojek, taksi,
atau bajaj aja juga bisa pesan lewat dunia maya. Ibaratnya duduk diam saja lah,
asal ada akses internet, semua akan datang sendiri. Enak banget ya hidup ini.. Tapi
bagaimana dengan kehidupan social kita yang dulu? Teman yang nyata, main
lompat tali, bertegur sapa face to face,
tawar menawar di pasar, dll.
Those made me think, apa aja sisi positif dan negatif dari
kemajuan teknologi komunikasi? Dan apa yang bisa kita lakukan untuk membuat
diri kita nyaman dengan hal-hal tersebut?
Sekedar saran, atur deh waktu untuk gunakan social media. Selain
itu, pilih salah satu sosmed yang punya kemiripan: misal antara FB, twitter,
instagram, path, kan ada kemiripan. Meskipun masing-masing menonjolkan
keunggulannya, tapi coba deh pilih aja, yang mana yang paling kita butuhkan. Yang
mana yang paling sesuai dengan kepribadian. Meskipun hal ini kan sangat sulit buat
orang yang suka pamer. Ups, sorry.. terlalu sinis.
Pilih juga salah satu alat komunikasi berikut: whatsapp,
line atau BBM. Lama-lama mirip tuh semuanya. Dulu kan hanya line yang bisa buat
telpon, bahkan video call. Eh terus WA dan BBM juga bisa. Dulu line yang mulai
tampilan profil picture (PP) nya bullet.
Eh terus WA juga dibikin bullet-bulet, BBM juga. Sama-sama mereka bisa kirim
foto dan video. Emoticon juga mirip-mirip.
Orang Indonesia sudah terkenal di mancanegara sebagai orang
yang suka belanja. Pasar online pun menjadi salah satu pemuas keinginan
belanja. Setelah pasar tradisonal tergeser dengan pasar modern, warung tergeser
dengan minimarket, nah sekarang semuanya tergeser dengan belanja online. Apa aja
bisa dibeli dari aplikasi belanja online tersebut. Tak perlu sewa tempat, hanya
modal kepercayaan, barang datang. Setelah muncul satu penggagas ojek online,
muncul kompetitor dari variasi tipe transportasi. Tidak hanya memindahkan
orang, tapi juga memindahkan barang.
Untuk dua hal di atas, yaitu pasar dan transportasi online sepertinya
perlu ada kebijakan dari pemerintah yang bisa melindungi semua pihak. Karena ternyata
kreativitas- kreativitas tersebut mengancam pasar tradisional, transportasi
konvensional, perusahaan penyalur barang, dan pihak-pihak lain.
Nah sekarang aku mau cerita pengalamanku dengan media
komunikasi maya. Aku punya akun di FB, dan ini pengkategorian tipe-tipe
pengguna FB yang aktif menurut aku pribadi:
- Bangga-banggaan kalo likenya banyak dan komennya banyak. Bahkan aku perhatiin ada yang bikin tanggapan komennya dibikin satu-satu biar keliatan semakin banyak yang komen. Atau tiap kalimat dipisahin biar semakin banyak. Hahaha..
- Yang suka posting foto selfie yang sok dimanis-manisin dan sudah full-edited. Mulut yang dimonyong-monyongin kanan, kiri, depan, dilipet, mata yang digenit-genitin, dan akhirnya senyum kepalsuan yang muncul. Terus foto di belakang setir mobil. Atau di samping mobilnya, biar ketauan mobilnya apa. Langsung deh berhenti ikuti.. Ga enak kalo langsung unfriend. Hehe..
- Posting habis pergi kemana, habis makan apa, dan pamer-pamer lain. Berhenti ikuti juga.
- Suka marah-marah dan ngomel, berhenti ikuti juga. Sori, aku ga butuh energi negatifmu tersalur ke aku
- Yang ngaku-ngaku ustazah dan motivator juga ada, tapi postingannya isinya pamer. Atau jarkoni, iso ujar ra iso nglakoni alias omdo, omong doang. Nah yang ini masih lucu juga kalo dibaca-baca, bikin geli. Jadi teman model begini masih aku pertahanin.. buat introspeksi aku
Nah lama-lama temenku habis dong? Ya biarin, toh mereka
hanya teman di dunia maya. Bukan teman di dunia nyata. Dan satu garis merah
yang bisa ditarik dari mereka hanya satu: suka pamer. Teman yang sebenarnya
adalah teman yang bahagia ketika kita bahagia, dan dengan ringan tangan
langsung sigap membantu tanpa diminta. Teman model begini sudah langka. Yang tadinya
kita piker dia temen sebenarnya, eh ternyata bukan. Ada loh model temen yang ga
rela kalo kita move on. Kapan-kapan deh,
tema tentang teman jadi tema sendiri.
Oh, balik lagi ke FB. Satu yang paling aku nikmati dari FB
adalah ketika ada yang share video lucu dan kata-kata lucu, video-video yang
bermanfaat misal cara melipat baju dalam waktu 5 detik, informasi modus
penipuan, dan video lain. Yang beginian bantu tambah energi positif dan bikin
hariku penuh senyum. Makasih ya..
Sosmed lainnya, twitter. Aku punya juga akun twitter. Eh,
di-hack jadi munculnya gambar-gambar porno. Bikin akun baru, buat ikutan kuis
aja. Ga pernah dapet. Emang takdir kali ya aku susah dapet rejeki dari kuis. Selain
itu twitterku buat curhat pribadi. Hanya following stasiun tivi dan motogp, no
follower. Yang mau follow sengaja ga aku approve. Nah si twitter ini kan
mirip-mirip juga sama FB. Bisa posting foto dan video juga. Terus pertanyaanku
kenapa sih modelnya ada following dan follower? Macam MLM aja, ada upline dan
downline.. Fyuh. Terus kalo followernya banyak, bangga gitu. Sekarang twitter
sudah mulai aku tinggalkan. Ga seru.
Instagram, sebelum sepopuler ini, udah pernah bikin akun
juga. Pasang foto ponakan, biar kalo kangen liat fotonya di instagram. Kupikir-pikir,
kenapa ribet. Simpen aja foto mereka di HP, kalo kangen tinggal liat, no need
internet access. Setelah itu instagram jadi populer. Nah isinya semacam parade
foto, mayoritas pamer habis makan dimana, habis shopping apa, dan pamer muka
polesan. Jadi ga penting punya instagram
Path, tau tuh apa. Ga tertarik. Dasar orang Indonesia, kalo
dikasih tau ada barang baru, ada yang nyoba terus dipamerin, yang lain pada
kepingin. Pada bikin path juga. Entah gimana orang-orang bisa memenej waktu
mereka untuk maintain akun-akun sosmed mereka.
So, be wise with your virtual account guys. Problems are
real, face it. Life is real, enjoy your real life.
No comments:
Post a Comment